Kategori
Berita Opini

Menunggu Data Inflasi AS, Harga Emas Bakal Volatil Pekan Ini

BAGIKAN:
Emas batangan diperlihatkan oleh pramuniaga.

Jakarta – Mengawali pekan ini, harga emas terpantau melemah seiring penguatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury. Emas diproyeksi akan volatile pekan ini karena menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan Jumat (5/1) harga emas di pasar spot ditutup menguat +0,11% di posisi $2045,49 per troy ons. Sementara, pada Senin (8/1/2024) pukul 06.40 WIB, emas di pasar spot bergerak lebih rendah -0,10% di posisi $2043,49.

Emas bertahan stabil dan menguat tipis pada perdagangan Jumat setelah naik dan turun satu poin persentase karena data ekonomi AS yang beragam. Akan tetapi, emas batangan diperkirakan akan mengalami penurunan mingguan pertamanya dalam empat minggu karena penguatan dolar AS secara keseluruhan dan imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi.

Pada perdagangan Jumat (5/2/2024) indeks dolar (DXY) sempat mencapai level tertingginya di 103,10 sebelum ditutup di level 102,41. Sementara imbal hasil Treasury AS 10 tahun telah kembali ke level psikologis 4% di 4,05%.

Imbal hasil dolar AS dan obligasi Treasury AS 10 tahun telah mencapai level tertinggi dalam tiga minggu, menuju minggu-minggu terbaik sejak bulan Juli dan Oktober.

Perusahaan-perusahaan di AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari yang diharapkan pada bulan lalu dan menaikkan upah dengan cepat, sehingga pasar pada awalnya menarik kembali spekulasi bahwa The Fed akan mulai memotong suku bunga pada bulan Maret mendatang.

Namun laporan lemah dari Institute for Supply Management (ISM) yang menunjukkan lapangan kerja di sektor jasa turun menjadi 43,3 pada bulan Desember ke level terendah sejak Juli 2020 mengangkat sedikit prospek penurunan suku bunga, sebelum akhirnya menetap sedikit.

Indeks Manajer Pembelian non-manufaktur ISM turun menjadi 50,6 bulan lalu dari 52,7 pada bulan November. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi dan angka di bawah angka tersebut menunjukkan kontraksi.

“Hal ini merupakan tanda lain bahwa perekonomian sedang mengalami moderasi. Namun sekali lagi, hal ini merupakan hal yang baik jika pertumbuhan ekonomi melambat hingga mencapai kecepatan yang berkelanjutan,” ujar Russell Price, kepala ekonom di Ameriprise Financial Services di Troy, Michigan.

“Hal ini mendukung dugaan bahwa The Fed melakukan tugasnya dengan baik dalam meningkatkan peluang terjadinya soft landing,” tambahnya.

Sementara dari sisi fisik, pembelian emas di konsumen utama India meningkat minggu ini, karena harga domestik turun kembali dari rekor tertingginya.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat.

Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi.

Pelaku pasar emas pekan ini akan menanti data penting yakni inflasi. Laju inflasi menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan arah moneter ke depan. Secara historis, harga emas biasanya labil menjelang pengumuman data penting inflasi.

Pada Kamis mendatang (11/1/2024), akan dirilis data inflasi untuk periode Desember 2023 yang diproyeksi akan ada peningkatan tipis akibat seasonality Natal dan Tahun Baru.

Dalam basis tahunan, konsensus pasar menargetkan inflasi akan tumbuh sebesar 3,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan November 2023 yang tumbuh 3,1%.

Sementara itu, untuk inflasi inti AS diperkirakan tumbuh melandai sebesar 3,8% (yoy), dibandingkan sebulan sebelumnya yang tumbuh 4% (yoy).

Sumber: CNBC

BAGIKAN:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *