
Jakarta – Emas menguat pada awal perdagangan pekan ini, setelah ambruk tiga hari beruntun pada pekan lalu. Harga emas pekan ini diperkirakan akan volatile tergantung pada laju inflasi AS yang akan diumumkan Selasa (13/2/2024) waktu setempat.
Dalam satu pekan lalu, harga emas jatuh 0,71 persen. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 1 persen pada pekan sebelumnya. Pada pukul 06.00 WIB Senin (12/2/2024), sang logam mulia bergerak lebih tinggi 0,11% di posisi $ 2026,28 per troy ons.
Emas tergelincir pada perdagangan pekan lalu karena tertekan oleh kenaikan imbal hasil Treasury Amerika Serikat dan indeks dolar AS. Sementara investor menunggu data inflasi AS pada pekan ini untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai waktu penurunan suku bunga oleh The Fed.
Indeks dolar AS menguat dari 103,92 pada pekan lalu menjadi 104,11 pada Jumat kemarin. Indeks dolar kini bergerak di angka 104 yang merupakan level tertingginya sejak awal Desember 2023 atau dua bulan terakhir.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun juga menguat menjadi 4,18% atau posisi tertiingginya dalam dua pekan lebih.
Kenaikan dolar AS membuat emas semakin mahal untuk dibeli sehingga kurang menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.
Sementara itu, The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama, yang berarti sebagian besar bank sentral mungkin akan mengikuti langkah tersebut, menurut Everett Millman, kepala analis pasar di Gainesville Coins, dilansir dari Reuters.
“Saya perkirakan ada yang terjadi saat ini akan membuat harga emas bergerak dalam tren pelemahan. Titik support emas ada di US$ 1.960 tetapi saya tidak melihat emas ada di bawah level tersebut,” imbuhnya.
Beberapa pejabat The Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, mengatakan pada minggu ini bahwa mereka ingin melihat lebih banyak bukti bahwa inflasi akan terus menurun sebelum menurunkan suku bunga.
Data pemerintah yang direvisi menunjukkan pada Jumat bahwa harga konsumen bulanan AS naik kurang dari perkiraan awal pada Desember. Pelaku pasar sekarang menunggu indeks harga konsumen (CPI) atau inflasi AS untuk bulan Januari, yang akan dirilis pada Selasa malam pekan ini (13/2/2023). Di Indonesia, rilis inflasi AS hanya berselang beberapa jam dari pemungutan suara pemilihan presiden (Pilpres 2024).
Data inflasi ini akan menjadi pegangan pelaku pasar emas untuk menebak arah kebijakan The Fed. Pasalnya, inflasi merupakan salah satu indikator yang menjadi penentu kebijakan The Fed.
Inflasi AS periode Desember 2023 mencapai 3,4% (year on year/yoy) lebih tinggi dibandingkan periode November 2023 sebesar 3,1%. Suku bunga yang lebih rendah dapat mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Sumber: CNBC