Jakarta – Harga emas turun jelang akhir pekan akibat penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil US Treasury. Jumat (17/6) pukul 13.35 WIB, harga emas spot berada di US$ 1.845,95 per ons troi.
Harga emas ini turun 0,61% dari posisi penutupan perdagangan kemarin dan melemah 1,37% dalam sepekan yang merupakan penurunan mingguan terbesar sejak pertengahan Mei.
Sementara indeks dolar hari ini menguat ke 104,35 setelah kemarin melorot ke 103,63. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun hari ini berada di 3,26%, naik dari posisi kemarin 3,2%.
Yield US Treasury ini masih berada di kisaran tinggi dalam sepekan. Federal Reserve mengumumkan kenaikan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) 75 basis points (bps) di pertengahan pekan ini.
“Harga emas masih terjebak dalam kisaran US$ 1.800 hingga US$ 1.880-US$ 1.890 untuk mencari arah, dan emas membutuhkan kejelasan tentang dampak suku bunga,” kata Ilya Spivak, ahli strategi mata uang di DailyFX kepada Reuters.
Kejelasan dampak suku bunga ini mengacu pada efek kenaikan suku bunga terhadap inflasi AS yang masih tinggi hingga Mei lalu.
Pasar saham menuju minggu terburuk sejak kehancuran pasar di awal pandemi pada Maret 2020. Investor khawatir tentang potensi resesi dalam menghadapi kenaikan suku bunga global.
Seperti diketahui, The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga terbesar sejak 1994 minggu ini, karena berusaha mengendalikan inflasi yang melonjak. Kenaikan suku bunga di Amerika Serikat meningkatkan biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
“Ke depan, kami memperkirakan penguatan dolar AS dan pemulihan imbal hasil obligasi akan membatasi harga emas karena Fed memberikan sikap hawkish,” ungkap Fitch Solutions dalam sebuah catatan.
Namun, Fitch Solutions memperkirakan harga tidak akan jatuh kembali ke tingkat sebelum Covid-19. Harga emas akan tetap didukung oleh perang Rusia-Ukraina yang berkembang, meningkatnya inflasi global, dan pandemi yang masih berlangsung.
Sumber: Kontan