Selama ini emas menjadi simbol kesejahteraan dan kestabilan. Logam mulia mencatatkan kenaikan harga akhir-akhir ini utamanya akibat perang Israel vs Hamas, Palestina sejak pekan lalu. Potensi meluasnya konflik Timur Tengah itu, jadi penanda peran unik emas di pasar keuangan. Selain faktor perang Israel vs Hamas, kira-kira apa penyebab meroketnya harga emas?
Gary Wagner, CEO Wagner Financial Corp, dalam kolom opininya di Kitco News (17/10/2023), menyatakan emas dalam sejarahnya memang jadi aset safe haven. Saat kondisi sedang tidak pasti dan krisis, investor umumnya menempatkan asetnya di emas untuk mengamankan kekayaannya. Memanasnya eskalasi krisis geopolitik Timur Tengah telah memperkuat aspek aset aman dalam emas.
Kinerja harga emas akhir-akhir ini mencatatkan kenaikan. Menurut Wagner, untuk bulan ini saja, harga emas sudah naik lebih dari 4%, dan setiap indikasi menunjukkan tren kenaikan ini masih berpotensi akan berlanjut.
“Eskalasi konflik Timur Tengah mengakibatkan investor mulai berburu emas, sehingga mendongkrak permintaan dan harga meroket,” dia menjelaskan.
Wagner mengatakan konflik Israel-Hamas bukanlah isu regional, tapi berpotensi memberi dampak global yang lebih luas. Ketegangan krisis Timur Tengah semakin memanas karena potensi negara-negara Arab pendukung Palestina dan negara-negara yang mendukung Israel. Skenario ini akan meningkatkan risiko geopolitik dan semakin mendorong permintaan aset safe haven, seperti emas.
Meskipun krisis Timur Tengah jadi faktor signifikan, krisis ini bukanlah satu-satunya pendorong kenaikan harga emas baru-baru ini. Bank Sentral Amerika Serikat The Fed juga memainkan peran penting. Ketidakpastian seputar sikap The Fed terhadap potensi kenaikan suku bunga menambah sentimen ke harga emas.
Semua perhatian pasar saat ini tertuju pada pidato Ketua The Fed Jerome Powell, yang dijadwalkan minggu ini. Pelaku pasar sangat menantikan pernyataan Powell soal kebijakan moneter The Fed di masa depan.
“Yang menarik adalah perubahan ke arah sikap yang lebih dovish baru-baru ini dalam pernyataan yang dibuat oleh pejabat Fed. Ini menandakan pendekatan yang lebih hati-hati dalam menaikkan suku bunga,” ungkap Wagner.
Pertanyaan utamanya berkisar pada tingkat suku bunga AS. Apakah suku bunga 5,25% – 5,5% saat ini adalah puncak kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve? Jika hipotesis ini benar, maka akan semakin mendukung kenaikan harga emas.
Hubungan ini didasarkan pada premis bahwa suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan opportunity cost memegang emas, karena emas tidak menghasilkan bunga atau dividen.
“Karena itu, sikap The Fed yang lebih dovish atau bahkan sekedar isyarat perlambatan kenaikan suku bunga dapat meningkatkan daya tarik emas sebagai aset investasi,” Wagner menjelaskan.
Kesimpulannya, kenaikan harga emas merupakan konsekuensi langsung dari ketidakpastian ekstrem yang melanda Timur Tengah. Selama konflik masih terjadi di kawasan ini dan posisi Federal Reserve masih belum menentu, maka harga emas kemungkinan akan mempertahankan dukungan kuatnya dan melanjutkan tren kenaikannya.
Karena itu investor emas disarankan untuk mewaspadai perkembangan geopolitik Timur Tengah dan kebijakan Bank Sentral AS. Sebab kedua sentimen itu akan memperkuat status emas sebagai aset lindung nilai yang menarik terhadap ketidakpastian global.
Emas Antam
Emas produksi PT Aneka Tambang yang menjadi acuan harga emas di Indonesia juga menunjukkan tren kenaikan. Seperti yang terlihat pada grafik harga di atas, pada tanggal 3 Oktober 2023, harga 1 gram emas Antam dibanderol di Rp 1.039.000. Dan pada hari ini Kamis, 19 Oktober 2023, harga emas Antam berada di posisi Rp 1.100.000 (naik Rp 61.000).
Sumber: Bareksa
Satu tanggapan untuk “Selain Perang Israel vs Hamas, Ini Penyebab Naiknya Harga Emas”
[…] Baca juga: Selain Perang Israel vs Hamas, Ini Penyebab Naiknya Harga Emas […]